I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi
pengembangan ternak di Indonesia khususnya ternak kambing hingga kini memiliki
potensi maksimal. Sebagian besar keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh
kebutuhan untuk pertumbuhan, diantaranya makanan yang diperlukan ternak kambing
untuk memproduksi jaringan tubuh dan menambah bobot badan, untuk proses
reproduksi (kebuntingan), dan diperlukan untuk memproduksi air susu. Usaha ternak kambing merupakan salah
satu usaha yang cukup menjanjikan, disamping perawatannya yang cukup mudah,
serta ketersediaan pakan yang bisa didapatkan dari dedaunan maupun rerumputan
yang banyak terdapat di lingkungan sekitar, kambing juga mudah untuk
dibudidayakan baik untuk konsumsi ataupun dari segi penjualannya. Namun, usaha
ternak kambing akan mengalami sedikit kendala ketika kambing-kambing tersebut
terinfeksi oleh berbagai penyakit.
Salah satu kendala yang dapat mempengaruhi percepatan
pengembangan ternak kambing adalah penyakit. Penyakit tidak hanya mengakibatkan
kerugian ekonomi karena menurunnya produktivitas ternak bahkan kematian, namun
dapat pula menimbulkan dampak negatif yang lain yaitu menurunnya minat peternak
untuk mengembangkan usahanya. Ternak kambing memang dikenal sebagai ternak yang
sangat sporadis terserang penyakit. Namun demikian, bukan mustahil juga ternak
ini menderita penyakit. Pada umumnya, penyakit-penyakit yang biasa menyerang
ternak kambing lebih sering diakibatkan oleh peternaknya sendiri. Melalui
penerapan manajemen pengendalian penyakit yang dilakukan secara berkelanjutan,
diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak kambing dapat diminimalkan.
Pengendalian penyakit merupakan salah bagian penting dalam
sistem produksi di suatu usaha peternakan. Salah satu tujuan penting dalam
pengendalian penyakit adalah untuk meningkatkan efisiensi produksi sehingga
proses produksi berlangsung optimal dan pada akhirnya keuntungan dapat
dimaksimalkan.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang maka dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam pembuatan makalah
Poduksi Kambing dan Domba yaitu: bagaimana jenis-jenis penyakit dan cara pengendaliannya
yang disebapkan oleh virus, bakteri, protozoa dan jamur terhadap ternak
kambing.
C. Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
pembuatan makalah Poduksi
Kambing dan Domba adalah untuk mengetahui jenis dan pengendalian penyakit yang
disebapkan oleh virus, bakteri, protozoa dan jamur terhadap ternak kambing.
Manfaat
yang dapat di petik dalam makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami jenis penyakit dan pengendaliannya yang disebapkan oleh virus,
bakteri, protozoa dan jamur terhadap ternak kambing.
II. PEMBAHASAN
A. Penyakit Infeksi
Infeksi
adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit penyakit (kuman) sehingga
menimbulkan gejala demam atau panas tubuh sebagai suatu reaksi tubuh menolak
antigen (kuman) agar dapat melumpuhkan atau mematikan kuman tersebut. Jika
gejala demam bersifat mendadak, maka disebabkan oleh infeksi virus. Tetapi jika
demamnya secara bertahap atau lambat, maka disebabkan oleh infeksi bakteri.
Tubuh yang telah pernah menderita penyakit demam biasanya menimbulkan kekebalan
atau imunitas pada tubuh. Penyakit infeksi yang terjadi pada ternak ruminansia
kecil adalah virus, bakteri, dan parasit. Penyakit asal virus dan bakteri
biasanya bersifat akit dan kadang dapat menimbulkan kematian mendadak,
sedangkan parasit kebanyakan bersifat kronis.
Penyakit
merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak kambing.
Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi dalam usaha ternak
kambing adalah penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit saluran
pencernaan (nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial terutama
anthrax, pink eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, dan
penyakit lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu diperhatikan adalah
penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida
dari tanaman (Gregory, 1983).
Masalah
kesehatan ternak pada ternak kambing juga dapat disebabkan oleh tidak cukupnya
nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Ternak kambing tidak akan tumbuh maksimal
bila pakan kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak
cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti grass tetany, milk fever,
ketosis, white muscle dissease. Selain itu pakan yang kurang akan menimbulkan
masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan reproduksi dan penurunan
produksi pada ternak kambing (Agung Purnomoadi, 2003). Beberapa faktor yang
menyebabkan ternak sakit antara lain faktor mekanis, termis, kekurangan
nutrisi, pengaruh zat kimia, dan faktor lingkungan (Subronto, 2003).
Menurut Jakes (2011),
menyatakan bahwa secara umum penyakit kambing dibagi ke dalam 4 (empat)
kelompok besar berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Penyakit
bakterial (disebabkan oleh bakteri) ;
2. Penyakit
viral (disebabkan oleh virus) ;
3. Penyakit
parasitik (disebabkan oleh parasit) ;
4. Penyakit
metabolisme (disebabkan oleh gangguan metabolisme).
1.
Virus
Virus adalah parasit
berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Menurut para
ahli biologi virus adalah peralihan antara makhluk hidup dan benda mati. Virus
dikatakan peralihan karna virus mempunyai ciri-ciri seperti makhluk hidup yaitu
dengan mempunyai DNA dan mampu berkembang biak pada sel hidup serta mempunyai
ciri-ciri benda mati yaitu tidak mempunyai protoplasma dan mampu dikristalkan.
Virus dalam
bereproduksi dengan memerlukan sel inang, sehingga virus bersifat parasit
obligasi. Virus hanya memiliki salah satu macam asam nukleat (RNA atau DNA)
yang diselubungi oleh pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein.
Pengertian virus secara etimologi adalah kata virus berasal dari bahasa latin
yaitu virion yang artinya "racun". Virus merupakan organisme
subseluler karna ukurannya yang sangat kecil, dimana virus hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron. Virus berukuran lebih kecil dari pada
bakteri.
Jenis penyakit penyakit
virus yang sering menyerang pada kambing dan domba adalah sebagai berikut: Orf
dan bluetongue.
a.
Penyakit
Orf

Ø Pengobatan
Hewan terjangkit penyakit dapat diberi
antibiotika berspektrum luas untuk mencegah infeksi sekunder. Disamping itu
dapat diberikan multivitamin untuk memperbaiki kondisi tubuh sedangkan kulit
yang terinfeksi diberikan pengobatan local dengan jodium tincture.
Ø Pencegahan, Pengendalian, dan Pemberantasan
Untuk pencegahan
penyakit orf dapat diberikan autovaksin untuk daerah endemic. Vaksin ini dibuat
dari keropeng kulit hewan yang menderita dan disuspensi menjadi 1% dalam 50% gliserin saline. Vaksinasi diberikan
dengan cara pencacaran kulit pada daerah sebelah dalam paha, atau disekitar
leher untuk hewan dewasa. Anak domba atau kambing biasanya divaksin pada umur 1
bulan dan diulang pada umur 2-3 bulan, sehingga akan diperoleh kekebalan yang
optimal. Pada daerah yang belum pernah terjankit tidak dianjurkan mengadakan
vaksinasi orf.
Utuk
pengendalian penyakit maka hewan yang menunjukkan gejala segera diasingkan
sehingga perluasan penyakit dapat dibatasi. Disamping itu kandang yang tertular
sebaiknya tidak dipakai dalam waktu yang cukup lama atau difumigasi sebelum
dipakai kembali. Pada daerah tertular segera diberi vaksinasi missal dan hewan
yang mati akibat penyakit segera dibakar atau dikubur dalam-dalam.
b.
Bluetongue

Penyakit virus bluetongue akan
menyebabkan angka mortalitas tinggi, biasanya di tandai dengan gejala yaitu
demam tinggi, air ludah meleleh, pembengkakan pada muka dan lida, dan juga
kebiruan pada lifda. Penyakit ini akan berlanjutan dengan timbulnya radang
kuku, lamenes cendrung berjalan dengan kaki ditekut atau berjalan dengan lutut.
Ø Gejala Umum Penyakit Bluetongues
Adalah :
- Suhu tubuh tinggi diatas 40,5 derajat celcius (demam)
- Keluar cairan berlebih pada mulut (air liur)
- Pada hidung keluar cairan yang bercampur dengan darah
- Pada bibir, gusi, lidah terjadi pembengkakan dan berubah warna biru
- Gerakan pernapasan terlihat cepat
- Sering diare dan disentri
- Lebih sering diam dan berbaring
- Nafsu makan menurun
Ø Pengobatan dan Pencegahan
·
Karena
penyakit ini disebabkan oleh virus hingga saat ini tidak ada obat yang dapat
menyembuhkannya. Namun menurut beberapa sumber sudah ada vaksin virus dan
antibody yang dapat memproteksi 100 % dan meningkatkan antibody atau kekebalan
tubuh setelah hewan terkena virus setelah 40 – 42 hari.
·
Jika
ditemui ternak ruminansia menunjukkan gejala seperti diatas segera dipisahkan
dengan ternak yang sehat dan segera lakukan vaksinasi untuk meningkatkan
antibodynya. Lakukan biosecurity yang ketat khususnya pada peternakan domba
dengan cara selalu membersihkan kandang dan semprot dengan insektisida untuk
mengurangi populasi vector lain seperti nyamuk.
2.
Bakteri
Bakteri
adalah mikroorganisme
bersel satu prokariotik yang
hidup bebas dan dapat ditemukan di beberapa lingkungan seperti udara, tanah,
debu, air, serta hidup di dalam tubuh hewan, tumbuhan, atau manusia. Nama
bakteri berasal dari bahasa Yunani dari kata bacterion yang berarti
batang kecil. Bakteri merupakan organisme terbanyak dan paling berkelimpahan
dari semua organisme. Meski ukurannya yang sangat kecil dan tidak bisa dilihat
tanpa bantuan mikroskop, bakteri ada di mana saja, di air, tanah, dan tubuh
makhluk hidup. Infeksi bakteri yang paling berbahaya pada ternak domba dan
kambing adalah bakteri antraks, Bacillus antahacis. Penyakit ini
bersifat zoogenesis, dengan gejala perdarahan yang keluar dari seluruh lubang
tubuh dan akan mengakibatkan kematian mendadak. Spora antraks akan bertahan
hidup bertahun – tahun di dalam tanah tercemar dan bia tertelan dengan hewan
maka spora akan aktif dan berkembang menjadi penyakit yang mematikan.
v Jenis penayakit kambing yang
disebapkan oleh bakteri:
a. Penyakit
Mastitis
Mastitis dikenal dengan
penyakit pada bagian ambing kambing yang disebapkan oleh infeksi bakteri.
Biasanya penyakit ini menyerang induk kambing pada masa laktasi. Penyakit
mastitis ini disebapkan karena kesalahan dalam cara memerah, terjadinya
perkelahian antar kambing dan juga disebapkan oleh bakteri. Jenis bakteri yang
menginfeksi ambing ini adalah bakteri Staphylococcus
spp., Corynebacterium spp., Streptococcus pp. cara
pengobatan penyakit ini yaitu dengan memberi antibiotika intra-mammary.
b. Pink Eyes
Pink eyes merupakan penyakit yang
menyerang mata kambing. Penyakit Pink eyes disebapkan oleh
mikroorganisme termasuk virus atau bakteri. Diantaranya adalah jenis kuman Moraxella
sp, Rickettsia sp, Mycoplasma conjunctivae atau jenis bakteri seperti Aeromonas
hudrophila (50%),Plesiomonas shigelloides (30%) atau Actinobacillus
actinomycetemcomitans (20%). Penyebab bakteri adalah Moraxella bovis
yang bersifat hemolitik :
·
Selalu
menghindari sinar matahari,
·
Mata
nya terlihat selalu berair,
·
Mata
nya terlihat kemerah-merahan, dan
·
Bagian matanya terlihat membengkak.
c. Penyakit
Kuku (Foot Rot)
Penyakit kuku (Foot Rot)
merupakan penyakit menular. Penyebap penyakit kuku adalah bakteri seperti fusobacterium nercophorus dan Fusiformis
nodosu. Penyakit ini mengakibatkan kuku kambing menjadi rusak. Radang kuku
ini di sebabkan oleh seringnya menginjak air sehingga di sarankan dalam
pembuatan kandang di usahakan agar kaki kambing tidak menyentuh tanah, dan
gejala yang di timbulkan yaitu :
·
Kaki
terlihat pincang, yang berujung pada kelumpuhan,
·
Kuku
membengkak,
·
Kukit
kuku nya mengelupas, dan
·
Timbulnya
benjolan.
Cara pengobatannya yaitu dengan
membersihkan menggunakan alkohol secara rutin dan pencegahannya yaitu dengan
menjaga kebersihan kandang setiap saat.
d.
Penyakit Kambing Enterotoxemia

Ø Gejala
dan penyebab Penyakit Kambing Enterotoxemia
Penyakit Kambing Enterotoxemia terjadi ketika tingkat
kesetabilan dari bakteri yang berada dalam perut kambing terganggu, hal ini
umumnya terjadi sebab hewan ternak kambing terlampau bannyak memakan
bangsa biji-bijian. Hingga kuman Clostridium perfringens menjadi lebih produktif,
tetapi justru menghasilkan racun yang merugikan kambing ternak itu sendiri.
Kambing ternak yang tengah mengalami gangguan semacam ini hampir semua
mengalami kedutan ataupun berkedut, demam, perut bengkak dan gigi gerinding
alias bergeretak.
Ø
Pengobatan Penyakit Kambing
Enterotoxemia
Kalau gangguan Penyakit
Kambing Enterotoxemia terjadi atas hewan ternak kambing, umumnya dapat beresiko
fatal atas kambing. Dikarenakan hampir semua daya respon kambing terhadap
berbagai bentuk pengobatan sangat buruk. Dan belum ada pengobatan yang efektif
buat jenis penyakit semacam ini.
Ø Pencegahan
Penyakit Kambing Enterotoxemia
Gangguan penyakit
kambing Enterotoxemia dapat dicegah dengan cara pemberian vaksinasi pada tiap
tahun-nya. Disamping itu pula dapat dengan menjauhkan perubahan yang mendadak
pada system menyantap kambing ternak. Kambing ternak dapat berefek buat melahap
kelebihan gandum pada saat menyusui anak-anak, dan ini dapat berpotensi dan
sudah tentu diberikan divaksinasi. Dengan memperlihatkan tipe makanan kering
juga dapat menyusutkan resiko penyakit ini.
e.
Penyakit Kembung atas Kambing

Ø Gejala
dan pemicu Kembung pada Kambing
Penyakit kambing tipe ini dapat terjadi apabila hijauan
jikalau alfafa menyebabkan terbentuknya gas dalam rumen dalam jumlah yang
terlalu banyak. Sebab gas yang terlalu banyak terbilang terjebak oleh
gelembung, sehingga menciptakan gas terbilang sukar dikeluarkan oleh sistem
pencernaan kambing, sampai mengakibatkan perut kambing menjabat buncit gara-gara
kembung. Hal ini tentusaja akan membuat kambing ternak merasa sangat tidak
nyaman dan gelisah.
Gara-gara kasus tersbut
maka rumen atas kambing bakal mengalami pembengkakan, kambing bakal mendengus
serta lazimnya kambing bakal menendang-nendang di sisi kiri. Tampak kambing
ternak akan malas untuk bangkit, dan pada saat bangkit maka bakalan berbaring
kembali. Situasi ini dapat mengakibatkan kmatian pada kambing ternak, bilamana
kagak segera dilakukan pengobatan atas kambing.
Ø Pengobatan
Kembung atas Kambing
Pastinya pengobatan pada penyakit kambing semacam ini harus
segera dilakukan supaya enggak terjadi kasus yang tidak di inginkan oleh
peternak, maka peternak kambing harus sigap segera mengambil tindakan
penyelamatan, biar gas rumen atas perut kambing enggak semakin berkembang biak
berlimpah dan dapat dikeluarkan.
Pemberian minyak
mineral alias susu magnesium dapat dilakukan sebanyak 2 sampai 3 ons dapat
membantu meringankan kembung pada kambing ternak. Setelah obat diberikan pada
kambing ternak, pemijatan atas perut juga bakal sangat membantu dalam
pengeluaran gas dalam perut kambing yang berlebihan. Rentang tempo pengobatan
& pemijatan yang diberikan atas kambing terna adalah sekitar satu jam.
Andaikan tindakan pengobatan dan perawatan ini tidak pula berhasil, maka metode
terbaik merupakan segera menghubungi dokter hewan alias mantri hewan terdekan
di wilayah kalian.
Ø Pencegahan
Kembung atas Kambing
Tindakan pencegahan buat penyakit kambing tipe ini dapat
dilakukan dengan system pemeberian pakan kambing dengan komposisi yang
seimbang. Rumen atas kambing terletak di sisi kiri. Penyakit kembung dapat
membuat kambing kelihatan tegang dan akan acapkali mengembik, dan dengan jalan
mengeluarkan gas yang terlampau banyak atas perut kambing melalui kentut dan
sendawa dalam kenyataannya sudah bisa memusnahkan kembung yang terjadi pada
kambing ternak. Oleh karena itu peternak kambing sangat perlu berhati-hati
dalam pemberian pakan terhadap kambing ternak.
f.
Gangguan Pencernaan atas Hewan Ternak
Ruminansia
Seekor kambing yang
dapat mecernak makanan dengan benar tentunya tidak lolos dari kondisi rumen
yang bugar. Enzim pencernaan yang berada di abomasum dan usus kecil tidak
mungkin dapat memecah serat dengan tepat, terkecuali mikroorganisme rumen
bekerja dengan baik. Karena itu bakteri yang ada di dalam rumen kambing ternak
sudah tentu bakteri yang bagus.
Ø
Gejala dan penyebab Gangguan
Pencernaan
Terlampau
banyak dalam mengkonsumsi biji-bijian, jerami berjamur, serta makanan yang
kagak bersih justru dapat membahayakan dan sampai-sampai dapat membunuh kuman
rumen yang bugar. Dan tentusaja kasus ini justru akan merugikan hewan ternak
kambing tersebut. Dikala kuman rumen mati, maka kambing tidak bisa mencerna
makanan dngan baik, akibatnya justru rumen akan Menjadi tempat pembusukan
makanan & kuman merugikan berkembang cepat hingga meracuni kambing ternak.
Bagai anti kuman oral serta racun kuman patogen semacam yang diproduksi oleh Clostridium
perfringens, tipe C dan D. Rumen berhenti terhadap proses pencernaan makanan, sehingga
proses pencernaan makanan bakalan stagnan, dan kasus ini akan menyebabkan lebih
berlimpah bakteri mati, karena kagak ada siklus makanan yang mesuk den keluer
verbal kambing ternak.
Tanda-tanda kambing ternak yang mengalami gangguan di bagian
mata pencernaan bakal cenderung kehilangan nafsu menyantap, alias sampai-sampai
kagak pengen makan sama sekali pada kondisi gangguan tingkat parah, andaikan
sudah demikian maka kefatalan bisa saja terjadi atas kambing ternak.
Tanda-tanda yang lain lazimnya kambing bakalan cenderung berisik dan berlimpah
bergerak, ataupun gelisah.
Ø Pengobatan
untuk Gangguan Pencernaan
Pengobatan atas
penyakit kambing semacam ini merupakan dengan cara mengeluarkan racun yang ada
pada pada rumen alias istilahnya detoksifikasi, lambung dirangsang agar dapat
berkontraksi dan dilakukan pengosongan atas lambung kambing ternak, yang lantas
setelah itu dilakukan makan tahap selanjutnya yakni mengisi ambung kembali
dngan bakteri yang normal. Dengan pemberian susu yang memiliki kandungan magnesium
dapat medetoksifikasi lambung dan mengurangi keasaman rumen atas hewan ternak
kambing. Kasus ini juga dapat mendorong terjadinya kontraksi pada rumen hewan
ternak tersebut. Berikan 2 ons susu magnesium empat kali sehari untuk kambing
selagi tempo dua hari. Berikan sebanyak 4 ons susu magnesium atas tipe kambing
yang lebih besar, semisal kambing boer, domba texel, domba garut, domba batur
dan domba tipe besar yang lainnya, pemberian susu dilakukan sebanyak empat kali
sehari sewaktu dua hari. Semasa proses terbilang, kambing ternak akan mengalami
diare atau mencret, hal ini adalah wajar dan tidak perlu melakukan pengobatan
atas diare yang dialami kambing terbilang. Lazimnya noda kambing yang keluar
berbau busuk, dan akan berlangsung selagi 12 hingga 24 jam alias sehari
semalam.
3.
Protozoa
Secara umum, Protozoa adalah organisme
seluler yang bersifat eukariotik dengan tidak memiliki dinding sel dan
heterotrof serta dapat bergerak (motil). Protozoa dapat bergerak dengan
menggunakan alat geraknya, yaitu pseudopodia (kaki semu), silia (rambut getar),
atau flagela (bulu cambuk). Dalam kajian evolusi, Protozoa diduga merupakan
cikal bakal organisme hewan yang sangat kompleks. Protozoa terdiri dari sekitar
65 ribu jenis yang sudah dikenali. Salah satu penyakit kambing yang
disebapkan oleh protozoa adalah sebagai berikut:
a.
Surra.
Surra merupakan penyakit infeksi darah
yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi yang ditularkan
melalui gigitan lalat penghisap daerah (haematophagus files). Umumnya penyakit
ini dapat menyerang semua jenis hewan / ternak. Penyakit surra dapat
mengakibatkan kerugian yang cukup besar, sebab pengobatannya cukup mahal.
Sifatnya yang dapat menular penyakit ini ditetapkan salah satu hewan
menular strategis (PHMS) yang telah diputuskan Pemerintah Pusat melalui
Kementan No 4026.Kpts./OT.140/3/2013.
Penyakit
ini ditularkan melalui gigitan lalat penghisap darah (vector) terutama Tabanus
sp yang membawa parasit. Parasit ini dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah
pada fase infeksi akut. Parasit Trypanosoma evansi dapat membelah diri untuk
memperbanyak diri. Penularan penyakit surra erat kaitannya dengan transportasi
ternak atau lalu lintas ternak baik nasional maupun internasional.
Penyebarannya terjadi secara sporadik yang artinya penyakit surra dapat muncul
kapan saja tergantung pada kondisi lingkungan, kondisi imunitas hewan
(kekebalan tubuh), dan pupulasi lalat (vector). Itu artinya pada musim
penghujan adalah waktu yang tepat bagi lalat untuk berkembang biak. Dan
hidupnya menyukai tempat-tempat yang banyak mengandung air.
Ø Gejala
Umum
· Suhu tubuh meningkat
· Kepala berputar-putar
· Terlihat lesu atau lemah
· Bulu dan kulit menjadi kasar dan
kering
· Terdapat perdarahan titik (petechial
haemorrhages) di kelopak mata, hidung dan anus.
· Nafsu makan berkurang
· Terjadi pembengkakan pada limfonudus
prescapularis kiri dan kanan
· Penurunan bobot badan
· Pada sapi dan kambing perah penurunan produksi susu
·
pertumbuhan
lambat pada anak
Ø Pengobatan
dan Pencegahan
Ternak yang diduga sakit segera dilakukan pemisahan dengan
ternak yang sehat dalam kandang karantina yang tertutup agar terbebas dari
gigitan lalat. Pengobatan dapat diberilakn dengan Arsokol atau Atocyl.
Tindakan
pencegahan dapat dilakukan dengan cara melakukan pembasmian serangga yang
menjadi penyebab penyakit surra secara rutin pada kandang dan lingkungan
sekitar. Penyemprotan dapat dilakukan pada ternak menggunakan insektisida
yang aman bagi ternak. Pembersihan tempat pembuangan kotoran dan sampah
sisa makanan ternak. Jaga selalu agar kondisi kandang tetap bersih, tidak
lembab, selain itu berikan makanan dan minuman pada ternak dalam keadaaan
bersih.
b.
Malaria
Penyakit
malaria adalah penyakit yang menyerang kambing yang disebapkan oleh protozoa
parasit Babesia motasi dan Babesia ovis. Penyakit ini juga dikenal dengan
sebutan penyakit kencing merah dan bebesiosis. Penyakit ini banyak tersebar di
Eropa, Afrika, India, Tiongkok, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Di Indonesia
pernah ditemukan di Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Penyakit ini ditularkan lewat
gigitan caplak Rhipicephalus dan Boophilus. Parasit ini menyerang sel-sel darah
merah. Akibatnya sel darah banyak yang rusak dan sebagian haemoglobin dikeluarkan
lewat air kencing (urin).
Ø Gejala
Masa
ingkubasi berlangsung antara 1 sampai 2 minggu. Gejalanya dimulai dengan demam
tinggi (40 o – 42 o C) disertai dengan gejala umum,
seperti lesu, pernapasan cepat, nafsu makan hilang, sembelit disusul diare (tinja
bercampur lender dan bekuan darah), tubuh kurus, selaput lendir pucat
kekuning-kuningan, dan urin kemerah-merahan sampai merah hitam.
Ø Pengendalian
Untuk
menyembuhkan penyakit ini bisa diobati dengan Acaprin, Berenil, senyawa
Kloroquin, Amodiaquin, atau Quinin. Untuk mencegah penyakit ini, yaitu
memberantas denga caplak desinfektan, seperti Etawo Perex 20 EC. Setiap liter
obat dicampur dalam 100 liter air. Setiap larutan untuk menyiram 20 m2 permukaan kandang.
4.
Jamur
Fungi(jamur) adalah organisme eukariotik
yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak memiliki klorofil. Sel jamur
memiliki dinding yang tersusun atas kitin. Umumnya jamur hidup secara saprofit
(hidup dengan menguai sampah oganik seperti bankai menjadi bahan anoganik). Ada
juga jamur yang hidup secara parasit (memperoleh bahan organik dari inangnya),
adapula yang hidup dengan simbiosis mutualisme (yaitu hidup dengan organisme
lain agar sama-sama mendapatkan untung).
1.
Aspergillosis
Aspergillosis
merupakan penyakit jamur yang menyerang berbagai jenis hewan yang ditandai
dengan batuk-batuk, sesak nafas dan kekeurusan.
a.
Etiologi
Aspergillosis disebabkan oleh Aspergillus sp, pada kambing
dan domba disebabkan oleh Aspergillus flavus dan Aspergillus fumigates.
Aspergillus sp tumbuh baik pada suhu 30°C dan 37°C, dan dapat ditumbuhkan pada media agar Sabouraud.
Aspergillus sp tumbuh baik pada suhu 30°C dan 37°C, dan dapat ditumbuhkan pada media agar Sabouraud.
b.
Epidemiologi
Distribusi
Geografis Aspergillosis tersebar luas di dunia. Hewan Terserang Aspergillosis
menyerang berbagai jenis hewan seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan
ruminansia lain.
c.
Cara Penularan
Aspergillosis
dapat ditularkan melalui udara tercemar dan faktor predisposisi karena
infestasi cacing paru-paru dan usus atau penggunaan oksitetrasiklin yang terus
menerus.
d.
Gejala Klinis
Hewan
terserang ditandai dengan nafsu makan turun, sesak nafas, batuk-batuk dan
kurus.
e.
Diagnosa
Penyakit
ini dapat didiagnosa berdasarkan gejala klinis, perubahan patologis dan isolasi
jamur. Isolasi dilakukan pada media yang diperkaya dan media agar Sabouraud.
Jamur dalam jaringan dapat diperlihatkan dengan pemeriksaan mikroskopis dari
usapan jaringan pada gelas slide, pemeriksaan Periodic Acid Schiff (PAS),
Gomris (Grocott’s), Gridly’s dan Lactophenol Cotton Blue.
f.
Diagnosa Banding
Hewan
terserang memiliki gejala klinis yang mirip dengan Mikoplasmosis, Tuberkulosis
dan Q Fever. Pencegahan dan Pemberantasan Hewan terserang dapat diobati dengan
pemberian amfoterisin B. kandang harus tetap bersih dan kering. Menghindari
penggunaan oksitetrasiklin berlebihan.
2.
Strawberry Footrot
Nama
lain: Proliferatif Dermatitis, Cutaneous Streptothricosis, Cutaneous
Actinomycosis atau Mycotic Dermatitis. Merupakan penyakit menular dan menyerang
berbagai jenis hewan seperti kambing, domba, rusa, kuda, kelinci yang ditandai
dengan dermatitis eksudatif atau purulen pada kulit. Penyakit ini juga bersifat
zoonosis.
a.
Etiologi
Penyakit
ini disebabkan oleh Dermatophilus congolensis atau pedis, termasuk dalam famili
Dermatophilaceae. Dermatophylus memiliki mycelium dan filament seperti pita
yang bagian samping bercabang. Septa dibentuk transversal, horizontal dan
vertikal. Mycelium dan spora adalah gram positif, bersifat aerobik dan
memfermentasi lemah. Pada media setengah padat bentuknya halus, basah, mucoid
dan tidak melekat, koloninya berwarna putih keabu-abuan kemudian berubah agak
kekuningan dengan meningkatnya umur biakan.
b.
Epidemiologi
Distribusi
Geografis Penyakit ini tersebar luas di beberapa negara seperti Inggris,
Skotlandia, Australia, New Zealand, Afrika dan India. Di Indonesia belum pernah
dilaporkan.
c.
Hewan Terserang
Penyakit
ini terutama menyerang domba, meskipun secara percobaan penyakit ini ditularkan
pada kambing, marmut dan kelinci. Kasus paling tinggi terjadi pada musim panas
dan agak jarang pada musim dingin.
d.
Cara Penularan
Cara penularan penyakit ini tidak diketahui dengan pasti,
tetapi kemungkinan karena gesekan pada tanah yang menyebabkan luka-luka
kemudian dicemari oleh bakteri. Keropeng kulit mengandung banyak bakteri yang
tetap infektif dalam waktu lama dan mencemari tanah di sekitarnya. Lalat Stomoxys
calcitrans dan Musca domestica dapat bertindak sebagai vektor mekanis dari
penyakit.
e.
Gejala Klinis
Hewan
terserang ditandai dengan lesi-lesi pada kulit berupa luka-luka bernanah.
Kepincangan dan rasa sakit yang hebat saat berjalan. Lesi-lesi tetap ada selama
5-6 minggu bahkan pada kasus kronis dapat berlangsung selama 6 bulan dan pada
kasus yang hebat dapat diikuti dengan kematian.
f.
Diagnosa
Penyakit
dapat didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis atau FAR dan teknik
biakan. Penyakit ini sangat mirip dengan Orf, Scabies atau Demodecosis.
g.
Pencegahan dan Pemberantasan
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit ini.
Terapi pengobatan yang dapat dilakukan dengan antibiotika penisilin (50.000
iu/kg bb) dan streptomisin (50 mg/kg bb) secara intramuskuler. Pemberian
Fulvicin per oral, dan mengoleskan gentian violet 1 % dalam alcohol dan asam
salisilat 5 % pada kulit dilaporkan efektif selama sebulan.
III. KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan
ini maka dapat disimpulkan jenis dan pengendalian penyakit kambing yang
disebapkan oleh virus, bakteri, prozoa, dan jamur yaitu:
1. Virus
merupakan organisme subseluler karna ukurannya yang sangat kecil, dan hanya
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Cara pengendalian penyakit
maka hewan yang menunjukkan gejala segera diasingkan sehingga perluasan
penyakit dapat dibatasi.
2. Bakteri
merupakan organisme terbanyak dan paling berkelimpahan dari semua organisme.
Pengendalian penyakit yang disebapkan oleh bakteri adalah dengan mengatur
manajemen pemeliharaan dan memberikan anti biotic pada kambing.
3. Protozoa
diduga merupakan cikal bakal organisme hewan yang sangat kompleks. pencegahan penyakit ini, yaitu memberantas
denga caplak desinfektan, seperti Etawo Perex 20 EC. Setiap liter obat dicampur
dalam 100 liter air.
4. Jamur
merupakan organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak
memiliki klorofil. Pengendalian penyakit ini dengan memberikan Fulvicin per oral, dan
mengoleskan gentian violet 1 % dalam alcohol dan asam salisilat 5 % pada kulit
dilaporkan efektif selama sebulan.
B. Saran
Penyakit yang menyerang ternak kambing sangat merugikan para
peternak dalam mengelolah dan memenej ternaknya, selain factor yang disebapkan
oleh virus, bakteri, protozoa dan jamur perlu juga mengatur manajemen
pemeliharaan dan menjaga kebersihan kandang agar ternak tidak terjangkit
penyakit yang merugikan peternak maupun ternak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonin,
2014. Penyakit
Ruminansia Protozoa Trypanosomiasis Penyebab Penyakit
Surra Pada Sapi dan Kerbau. http://www.situs-peternakan.com/2014/10/protozoa-trypanosomiasis-penyebab-penyakit-surra-pada-sapi-dan-kerbau.html
Anonim,
1999. Manual Diagnotik Penyakit Hewan.Direktorat
Jenderal Peternakan dan Japan International Cooperation agency (JICA), Jakarta.
Jakes.
2011.Mengelola Kesehatan
Ternak Kambing. http://penyuluhthl.word-press.com/2011/01/02/mengelola-kesehatan-ternak-kambing/.Tanggal aksses
10 Oktober 2013.
Jensen
Ruc, 1974. Discasc Of Sheep, Lea and febiger. Philadelphia,
page. 135-138
Purnomoadi
Agung. 2003. Ilmu Ternak Potong &
Kerja. http://eprints.undip-.ac.id/21200/1/1061-ki-fp-05.pdf. Tanggal akses
10 Oktober 2013.
Subronto. 2003. Ilmu
Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar