MAKALAH
PRODUKSI KAMBING DAN DOMBA
“Teknologi
Pemanfaatan Kotoran Kambing Sebagai
Pupuk Kompos, Bokashi dan Biogas”

Oleh:
L A
R A B I A
L1A1 13 141
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya
sehingga makalah Produksi Kambing dan Domba ini yang
berjudul Teknologi Pemanfaatan
Kotoran Kambing sebagai Pupuk Kompos, Bokashi, dan Biogas dapat terselesaikan dalam waktu yang telah di
tentukan.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
bacaan dan inspirasi yang bermanfaat bagi mahasiswa lain, khususnya mahasiswa
di Universitas Halu Oleo. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Olehnya itu, saran atau kritikan sangat diharapkan demi
perbaikan dalam pembuatan makalah berikutnya.
Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi saya selaku penyusun makalah ini.
Kendari 28 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... ........ i
KATA PENGANTAR. ................................................................................... ........ ii
DAFTAR ISI. ................................................................................................. ........ iii
I.
PENDAHULUAN…................................................................................... ........ 1
A. Latar Belakang….................................................................................... ........ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... ........ 2
C. Tujuan dan Manfaat................................................................................ ........ 2
II.
PEMBAHASAN......................................................................................... ........ 3
A. Pembuatan Kompos................................................................................ ........ 3
1. Cara
Penyusunan Kompos dari Kotoran Kambing............................. ........ 4
2. Cara Aplikasi pada Tanaman.............................................................. ........ 5
3. Pupuk Organik Cair dari Urine Kambing........................................... ........ 6
4. Cara Penggunaan Bio Urine................................................................ ........ 7
B. Pembuatan Bokashi Feses Kambing....................................................... ........ 7
1. Keunggulan Bokashi........................................................................... ........ 7
2. Bahan Pembuatan Bokashi................................................................. ........ 8
3. Cara Pembuatan Bokashi.................................................................... ........ 8
4. Pemanfaata Bokashi............................................................................ ........ 9
C. Pembuatan Biogas dari Kotoran Kambing............................................. ........ 10
1. Prinsip Pembuatan Biogas................................................................... ........ 11
2. Cara Pembuatan Biogas...................................................................... ........ 14
3. Kelebihan Pembuatan Biogas............................................................. ........ 15
4. Kekurangan Pembuatan Biogas.......................................................... ........ 16
III.
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ ........ 17
A. Kesimpulan............................................................................................. ........ 17
B. Saran....................................................................................................... ........ 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ........ 18
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha peternakan
mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk
peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan
menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat. Lingkungan yang bersih dan sehat bebas dari pencemaran
merupakan dambaan setiap masyarakat. Lingkungan yang bersih ini akan
menciptakan suasana asri sehingga setiap warga merasakan hidup sehat baik dalam
segi jasmani maupun rohani.
Pemanfaatan limbah
peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat
untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Namun
sampai saat ini pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk belum dilakukan oleh
petani secara optimal, terkecuali di daerah-daerah sentra produk sayuran.
Sedangkan didaerah-daerah yang banyak ternak dan bukan daerah sentra produksi
sayuran, kotoran ternak banyak yang tertumpuk di sekitar kandang dan belum
banyak yang dimanfaatkan sebagai sumber pupuk dan bokasi. Apalagi pemanfaatan
kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk gas bio dan biorang.
Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyarakat, petani dan
peternak kita.
Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan baik selain
dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan juga memberikan nilai tambah
terhadap usaha ternak.Pemanfaatan limbah kotoran ternak sebagai pupuk kompos
dapat menyehatkan dan menyuburkan lahan pertanian.Selain itu kotoran ternak
juga dapat digunakan sebagai sumber energi biogas. Sumber energi biogas menjadi
sangat penting karena harga bahan bakar fosil yang terus meningkat dan
ketersediaan bahan bakar yang tidak konstan dipasaran, menyebabkan semakin
terbatasnya akses energi bagi masyarakat termasuk peternak. secara praktis
manajemen limbah kotoran untuk dijadikan biogas dan kompos.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada
latar belakang maka dapat dirumuskan suatu permasalahan bagaimana pemanfaatan
kotoran kambing sebagai pupuk kompos, bokasi dan pembuatan biogas yang dapat
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam pembuatan
makalah pemanfaatan kotoran ternak kambing adalah untuk mengetahui cara
penyusunan kompos, pembuatan bokasi dan cara pembuatan biogas dari feses
kambing.
Manfaat dalampembuatan
makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara penyusunan kompos, pembuatan
bokasi dan cara pembuatan biogas dari feses ternak kambing.
II. PEMBAHASAN
A. Pembuatan Kompos

Salah satu ternak yang cukup berpotensi sebagai sumber pupuk
organik adalah kambing dan domba. Petani umumnya memelihara ternak tersebut
sebagai usaha sampingan. Feses kambing-domba mengandung bahan kering dan
nitrogen berturut-turut 40-50% dan 1,2-2,1%. Kandungan tersebut bergantung pada
bahan penyusun ransum, tingkat kelarutan nitrogen pakan, nilai biologis ransum,
dan kemampuan ternak untuk mencerna ransum. Produksi urin kambing domba mencapai
0,6-2,5 l/hari dengan kandungan nitrogen 0,51-0,71%. Variasi kandungan nitrogen
tersebut bergantung pada pakan yang dikonsumsi, tingkat kelarutan protein kasar
pakan, serta kemampuan ternak untuk memanfaatkan nitrogen asal pakan. Kotoran
kambing-domba yang tersusun dari feses, urin dan sisa pakan mengandung nitrogen
lebih tinggi dari pada yang hanya berasal dari feses.
Prinsip Pembuatan Pupuk
organik kotoran kambing adalah pengomposan atau composting merupakan
proses merubah limbah organic menjadi pupuk organic secara biologis di bawah
kondisi yang terkontrol. Tujuan pengomposan limbah ternak melalui kondisi yang
terkontrol adalah untuk membuat keseimbangan porses pembusukan bahan organic
dalam limbah, mengurangi bau ,membunuh biji-biji gulma dan organisme pathogen
sehingga menjadi pupuk yang sesuai dengan lahan pertanian. Apabila kondisi
tidak atau kurang terkontrol akan terjadi pembusukan sehingga timbul bau yang
menyengat, timbul cacing dan insekta.
1.
Cara
Penyusunan Kompos dari Kotoran Kambing
a. Menyiapkan
1 ton bahan kotoran kambing.
b. Menyiapkan
200 kg kapur pertanian (Dolomit)
c. Menyiapkan
200 kg abu/sekam/bekas gergajian
d. Menyiapkan
4 Botol EM4 (decomposer)
Sebelum kita membuat Campuran bahan tersebut diatas kotoran
Kambing harus kita hancurkan terlebih dahulu dengan memakai alat(mesin) atau
manual atau dicampur dengan Urea(1%). Setelah Inthil kambing ini hancur dan
tidak utuh lagi kita ikuti tahapan berikut:
· Siapkan tempat atau hamparan yang
ternaungi dan jika hujan tempat tersebut tidak tergenang air.
· Lakukan proses pencampuran bahan,
agar mudah dan merata bisa dilakukan dengan cara membuat lapisan-lapisan.
· Pembuatan lapisan dengan cara menghamparkan
kotoran kambing dan setebal kurang lebih 20-30 cm dan taburkan dolomit,
abu dan decomposer secukupnya.
· Kemudian siapkan EM4 dari dosis yang
ditetapkan yang dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada lapisan tersebut
hingga kadar air mencapai 40%. Atau bisa diukur dengan cara diremas dengan
tangan air tidak meneteskan atau bahan organik tidak pecah saat genggaman
tangan dibuka.
· Buat lapisan berikutnya hingga semua
bahan habis, kemudian lapisan tersebut dicangkul dari salah satu sisi searah
hingga menimbulkan timbunan baru.
· Lakukan lagi kearah kebalikannya,
kemudian ditimbun atau dibuat gunungan sebesar lebar terpal penutup.
· Timbunan ditutup rapat dengan terpal
dan bagian pinggir terpal diberi beban sehingga jika ada angin terpal tidak
terbuka.
· Diamkan selama 1 minggu, setelah
satu minggu terpal dibuka dan timbunan diaduk untuk tujuan pemberian airasi
pada proses pengomposan. Proses pengomposan yang berhasil akan timbul panas dan
dapat dirasakan saat pembongkaran gundukan.
· Perkirakan setelah 3 minggu Kompos
sudah bisa dibongkar dan diangin anginkan supaya menghilangkan bau amoniak dan
sudah dapat dipakai.
Ciri-ciri kompos sudah
jadi dan baik adalah: warna kompos biasanya coklat kehitaman. Aroma kompos yang
baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah
seperti bau tanah atau bau humus hutan. Apabila dipegang dan dikepal, kompos
akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur
dengan mudah (Farida, 2000).
2. Cara
Aplikasi pada Tanaman
Aplikasi pupuk organik untuk tanaman musiman dapat dilakukan
bersamaan saat pengolahan lahan, Pemupukan pada tanaman tahunan, sebaiknya
dibenam pada bagian ujung perakaran, dan setiap tanaman umumnya memiliki ujung
perakaran berada tepat dibawah daun paling ujung dari tanaman tersebut. Semakin
banyak pupuk organik diberikan semakin meningkat kesuburan tanah.
Kotoran kambing-domba mengandung bahan organik yang dapat menyediakan
zat hara bagi tanaman melalui proses penguraian (dekomposisi). Proses ini
terjadi secara bertahap dengan melepaskan bahan organik yang sederhana untuk
pertumbuhan tanaman. Feses domba kambing mengandung sedikit air sehingga mudah
diurai. Penggunaan kotoran ternak dalam bentuk kompos sebagai pupuk organik
akan memperbaiki struktur dan komposisi hara tanah. Tanah olahan yang diberi
kompos menjadi lebih gembur, mengandung cukup hara, serta mampu mengikat dan menyimpan
air. Produksi tanaman juga lebih tinggi dibanding yang tidak mendapat tambahan
bahan organik, baik pada lahan basah mapun lahan kering. Pengelolaan bahan
organik dan pupuk anorganik secara terpadu dapat meningkatkan efisiensi pupuk,
produktivitas tanah, dan menjamin kemantapan produksi tinggi.
3.
Pupuk
Organik Cair dari Urine Kambing
Ø Bahan:
1. Satu drum plastic urine dengan
kapasitas 150 liter.
- Tetes Tebu/Molasses 1 ltr.
- Empon-empon (Temulawak, Temuireng, Kunyit,Laos,Kunci dll) 5kg
- EM4 atau merk dagang lain yang banyak di pasaran sebagai starter fermenter
Ø Cara membuat:
- Bakteri EM4 dan Molases dilarutkan dalam air jernih sebanyak 10 liter kemudian dituangkan ke dalam drum urine
- Empon-empon dihancurkan dan dimasukan ke dalam drum.
- Setelah tercampur antara urine dan bahan-bahantersebut kemudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit, kemudian drum plastic ditutup rapat
- Lakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit dan kemudian drum ditutup rapat kembali selama tujuh hari.
Setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa
yang biasa dipakai pada aquarium untuk meniriskan urine dan dilewatkan melalui
talang plastik dengan panjang 2m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam,
tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkan kandungan gas ammonia, agar
tidak berbahaya bagi tanaman yang akan diberi pupuk bio urine tersebut.
Kemudian pupuk cair ini siap digunakan.
4.
Cara
Penggunaan Bio Urine :
Untuk aplikasi Bio urine ini bisa disiramkan atau
disemprotkan ke tanaman
a. Perbandingan Bio Urine + Air
1:2 untuk tanaman Padi diulang setiap 15 hari sampai dengan umur 60 HST
b. Untuk Rumput Gajah pada saat setelah
dipotong/panen.
B. Pembuatan Bokasi Feses Kambing

1.
Keunggulan
Bokashi
a. Dapat memperbaiki struktur tanah;
b. Memiliki kandungan unsur mikro dan makro yang lengkap;
c. Ramah lingkungan;
d. Murah dan mudah didapat bahkan dibuat sendiri;
e. Mampu menyerapdan menampung air lebih lama dibanding pupuk kimia;
f. Membantu meningkatkan jumlah mikroorganisme pada media tanam, sehingga dapat meningkatkan unsur hara tanaman.
2. Bahan Pembuatan Bokashi
a. Jerami 200 kg.
b. Pupuk kandang/kotoran hewan 100 kg.
c. Sekam atau serbuk gergaji 10 kg.
d. Dedak/katul 10 kg.
e. Probacter27 200 – 250 ml.
f. Gula pasir 20 sendok makan;atau bisa diganti dengan tetes tebu.
g. Air secukupnya (±20 liter)
h. Jumlah bahan yang diperlukan dapat disesuaikan dengan banyaknya bokashi yang akan dibuat.
3.
Cara
Pembuatan Bokashi
a. Cacah
jerami untuk memudahkan proses penguraian/fermentasi. Jika menggunakan pupuk
kandang bersihkan dari sampah organik seperti ranting,
tongkol jagung dan bahan-bahan yang dapat mengganggu proses
penguraian/fermentasi.
b. Campurkan bahan tambahan berupa sekam atau serbuk gergaji dan katul, aduk hingga rata.
c. Buat larutan dari Probacter 27 pertanian, gula pasir/tetes tebu dan air, aduk hingga rata.
d. Campurkan
larutan secara merata di bahan yang telah disiapkan. Usahakan agar larutan dan bahan tercampur
dengan baik. Pastikan pada
saat mencampur tidak ada cairan yang mengalir terbuang. Ini bisa dilakukan
dengan cara menuang larutan sedikit demi sedikit atau menggunakan gembor.
e. Rapikan dalam bentuk gundukan, tingginya 20 cm sampai dengan 1 meter.
f. Tutup gundukan menggunakan plastik, karung atau kain terpal. Adonan tidak boleh terkena sinar matahari atau hujan langsung.
g. Aduk
(bolak-balik) satu kali setiap hari, dengan membalik bahan
sedemikian rupa sehingga lapisan bagian bawah menjadi berada dibagian atas, dan
sebaliknya. Hal ini dilakukan agar suhu pada bahan tidak terlalu panas, pada
saat proses fermentasi suhu dapat meningkat mencapai 50o C.
h. Rapikan dan tutup kembali. Proses fermentasi memerlukan waktu sekitar 8 sampai 15 hari. Bokashi yang sudah jadi memiliki ciri gembur, dingin dan sudah tidak mengeluarkan bau.
4.
Pemanfaatan
Bokashi
Bokashi biasanya digunakan dengan cara ditaburkan di lahan yang telah selesai dicangkul. Dosis yang digunakan sekitar 5 sampai 6 gengggaman tangan untuk setiap meter perseginya. Untuk tanah sawah dan lahan kering 3 – 5 per hektar. Pada tanaman dalam pot bisa diberikan sekitar 2 – 4 genggaman tangan. Penggunaan bokashi secara berlebih juga tidak menimbulkan kekhawatiran karena tidak memiliki dampak negatif terhadap tanaman.
Bokashi kompos bersifat
asam ketika pertama kali,tapi menjadi netral setelah 7-10 hari. Pastikan akar
tanaman tidak bersentuhan langsung dengan kompos karena dapat membakar akar,
terutama jika tanaman yang sangat muda. Tanaman baru terutama yang berakar
lunak dapat stress ketika menerima Bokashi pertamakali sehingga waktu terbaik
pwadah/ember/tongian tanaman tersebut adalah dua minggu. Semisal sayuran, tomat
dll.
C. Pembuatan Biogas dari Kotoran
Kambing

campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada
material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik.
Selanjutnya Harahap (1978), menyatakan biogas adalah bahan-bahan yang
berguna, dapat diperoleh dengan menproses limbah (sisa-sisa) dari pertanian
yang basah (busuk) serta kotoran-kotoran hewan, manusia atau campurannya.
Biogas ini merupakan bahan-bahan yang berguna karena nilai kalomya cukup
tinggi, yaitu berkisar 4800-6700 Kcal/m3, sementara gas methana murni
(100%) mempunyai nilai kalor 8900 Kcal/m3.
Biogas didapatkan dari kotoran
kambing, hewan maupun balian organik
lainnya berupa sampah membusuk dan sebagainya. Hal ini terjadi karena
melalui suatu proses yang disebut fermentasi. Dari bahan-bahan tersebut gas
ditimbulkan oleh bakteri-bakteri tertentu melalui proses fermentasi.
Fermentasi adalah suatu proses metabolik, dimana proses tersebut
terjadi perubahan-perubahan kimia substrat organik oleh mikrobia (Prescot,
1954 dalam Nirwana (1988).
lainnya berupa sampah membusuk dan sebagainya. Hal ini terjadi karena
melalui suatu proses yang disebut fermentasi. Dari bahan-bahan tersebut gas
ditimbulkan oleh bakteri-bakteri tertentu melalui proses fermentasi.
Fermentasi adalah suatu proses metabolik, dimana proses tersebut
terjadi perubahan-perubahan kimia substrat organik oleh mikrobia (Prescot,
1954 dalam Nirwana (1988).
Senyawa-senyawa organik yang disusun
dari unsur-unsur C, H, 0, N, S
sebagian kecil digunakan untuk pembentukan sel-sel baru (biomassa), dalam
bentuk energi yang terbesar tidak dicema lagi yaitu merupakan sisa (sludge).
Peristiwa fermentasi dari bahan-bahan organik terjadi dalam keadaan
anaerobik. Pada proses anaerobik. ini yang akan dihasilkan adalah biogas yang
mengandung methana (CH4) dalam jumlah yang banyak.
sebagian kecil digunakan untuk pembentukan sel-sel baru (biomassa), dalam
bentuk energi yang terbesar tidak dicema lagi yaitu merupakan sisa (sludge).
Peristiwa fermentasi dari bahan-bahan organik terjadi dalam keadaan
anaerobik. Pada proses anaerobik. ini yang akan dihasilkan adalah biogas yang
mengandung methana (CH4) dalam jumlah yang banyak.
1.
Prinsip Pembuatan Biogas

a. Kelompok
bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis
Enterobactericeae.
b. Kelompok
bakteri asetogenik: Desulfovibrio.
c. Kelompok
bakteri metana: Mathanobacterium, Mathanobacillus,Methanosacaria, dan
Methanococcus.
Potensi Gas yang
Dihasilkan Produksi kotoran kambing per ekor adalah 0,63 kg ( Web pustaka
deptan), jika setiap KK memiliki 1 kandang yang berisi 2 ekor kambing maka
kotoran yang dihasilkan adalah 126 kg/hari dan 3.780 kg/bulan berarti gas yang
dihasilkan per bulanya adalah 60,48 m3 jika untuk 1 kg kotoran dihasilkan 0.016
m3 gas (Soetanto,2007). Dalam penggunaan sehari-hari untuk memasak air 1liter
dibutuhkan 0,04 m3 biogas dalam waktu 10 menit. Untuk menanak ½ kg beras
dibutuhkan rata-rata 0,15 m3,dalam waktu 30 menit. Penggunaan sehari-hari dalam
rumah tangga dibutuhkan rata-rata 3-4 m3 biogas perhari. Berarti setiap KK
mendapat 0,6 m3 biogas perbulan. Itu jika setiap kandang ada 2 ekor kambing
kenyataanya ada lebih dari dua ekor kambing perkandang.
Pembuatan Instalasi
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk
menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis
digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana
pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya
digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas
yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester
diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata
merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon. Lokasi yang akan dibangun
sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung
disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung
sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan
pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Menurut Yadava and Glases 1981 (dalam
Teguh dan Asori, 2009)
bahwa pada umumnya biogas terdiri dari:
bahwa pada umumnya biogas terdiri dari:
1.
Gas metana (CH4) = 50--70%
2. Gas karbon
dioksida (CO2) = 30-40%
3. Hidrogen (H2)
= 5-10%
4.
Gas-gas lainnya = dalam jumlah
sedikit
Selanjutnya
dinyatakan balwa karakteristik Gas metana (CH4) adalah :
a. Biogas
kira-kira memiliki berat 20 % lebih ringan dibandingkan dengan
udara dan memiliki suhu pembakaran antara 6500 sampai 750° C.
udara dan memiliki suhu pembakaran antara 6500 sampai 750° C.
b. Biogas tidak
berbau dan berwama, yang apabila dibakar akan
menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG.
menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG.
c. Nilai kalor
gas metana adatah 20 MJ/m3 dengan efisiensi pembakaran 60
% pada konvensional kompor gas.
% pada konvensional kompor gas.

Ø Reaktor
Biogas Skala Rumah Tangga Alat :
1. Volume
reaktor (plastik) : 4.000 liter .
2. Volume
penampung gas (plastik) : 2.500 liter.
3. Kompor
Biogas.
4. Drum
pengaduk bahan.
5. Pengaman
gas.
6. Selang
saluran gas.
Ø Persiapan
Pemasagan Reaktor :
1. Pembuatan
lubang reaktor, panjang = 4 m, lebar = 1,1 m, dalam = 1,2 m.
2. Pembuatan
meja tabung plastik penampung gas : (diameter 1,2 m) panjang = 3 m, lebar
=1,2 m.
3. Kotoran
sapi (fases) awal sebanyak 100 karung kantong semen atau karung seukurannya
(100 kantong semen = 2000 lt). Persiapan awal ini untuk mempercepat produksi
gas yang siap untuk digunakan (dinyalakan).
4. Drum
untuk tempat pencampuran kotoran (fases) dengan air (1:1) ; 1 buah (200 liter).
5. Karung
untuk tempat sisa kotoran dari proses produksi biogas.
6. Kayu
atau bambu untuk pagar, supaya reaktor aman dari gangguan ternak atau lainnya.
7. Terpal
dan bahan lainnya untuk atap reaktor supaya terhindar dari hujan atau material
yang jatuh dari atas.
2.
Cara
Pembuatan Biogas
a. Campurkan
kotoran organik tersebut dengan air. Biasanya campuran antara kotoran dan air
menggunakan perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan perbandingan 1:1,5. Air
berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas. Artinya
jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit
(kekurangan).
b. Temperatur
selama proses berlangsung antara 27 - 28 derajat celcius. Dengan temperatur itu
proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda
kalau nilai temperatur terlalu rendah (dingin), maka waktu untuk menjadi biogas
akan lebih lama.
c. Campurkan
jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk menguraikan
bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan CO2. Dalam kotoran
kandang, lumpur selokan ataupun sampah dan jerami, serta bahan-bahan buangan
lainnya, banyak jasad renik, baik bakteri ataupun jamur pengurai bahan-bahan
tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi masalah adalah hasil uraiannya belum
tentu menjadi CH4 yang diharapkan serta mempunyai kemampuan sebagai bahan
bakar.
d. Untuk
mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana) kotoran organik
harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak boleh ada oksigen
dan udara yang masuk sehingga sampah-sampah organik yang dimasukkan ke dalam
bioreaktor bisa dikonversi mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak
akan terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan
tertutup rapat.
e. Setelah
proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu didiamkan, maka gas
metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk keperluan memasak.
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan biogas. Misalnya, sifat
biogas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Lampu atau
kompor mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui. Berbeda dengan sifat gas
lainnya, sepeti elpiji, akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran pada
alat yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan masalah
tersendiri. Artinya dari segi keselamatan pengguna. Sehingga tempat pembuatan
atau penampungan biogas harus selalu berada jauh dari sumber api yang
kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau tekanannya besar.
3.
Kelebihan
Pembuatan Biogas
Kelebihan
yang dapat diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:
a. Masyarakat
tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
b. Proses
memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
c. Kandang
hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat
diolah.
d. Sisa
limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga tidak
mencemari lingkungan.
e. Dapat
berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan pemakaian
bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak.
f. Realatif
lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.
g. Mengurangi
penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah tangga atau
komunitas.
h. Menghasilkan
pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan.
i. Menjadi
metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi pembuangan sampah
ke lingkungan (aliran air/sungai).
j. Meningkatkan
kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat
pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar.
k. Secara
ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang menguntungkan dalam
jangka panjang.
4.
Kekurangan
Pembuatan Biogas
a. Memerlukan
dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.
b. Tenaga
kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi.
c. Belum
dikenal masyarakat.
d. Tidak
dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.
Biogas
merupakan salah satu teknologi alternatif pengelolaan limbah ternak yang dapat
menghasilkan sumber energi baru yang ramah lingkungan.Energi biogas itu dapat
dimanfaatkan oleh rumah tangga guna memenuhi kebutuhan penerangan dan memasak
serta kegiatan ekonomi produktif lainnya.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpula
Teknologi pemanfaatan kotoran kambing sangat berguna
bagi kehidupan masyarakat baik dalam mutunya dan kualitasnya yang sangat
menjanjikan untuk kebutuhan pertanian sebagai sumber peningkatan unsure hara
tanah, sebagai sumber energi di skala
rumah tangga dan sebagai sumber pendapatan petani peternak.
B. Saran
Pemanfaatan kotoran
kambing umumnya dikalangan masyarakat masih sangat minim, karena factor ekonomi
yang kurang mampu untuk mengadakan sarana dan prasarana pembuatan biogas.
Selain kendala ekonomi factor yang menghambat teknologi pemanfaatan kotoran
ternak ini adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarak dalam
mengembangkan usaha pemanfaatan kotoran kambing.
Upaya yang dapat
mendorong masyrakat meningkatkan keuletan dalam memanfaatkan kotoran ternak
sebagai sumber pendapatan dan kebutuhan dalam skala rumah tangga adalah adanya
upaya pemerintah memberikan bantuan dan mengadakan penyuluhan dan pelatihan
pembuatan pupuk, pembuatan bokasi dan pembuatan biogas agar masyarakat mampu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pemanfaatan teknologi hasil
kotoran kambing.
DAFTAR
PUSTAKA
Crawford.
J.H, 2003. Composting of Agricultural Waste in Biotechnology
Applications and Research, Paul N, Cheremisinoff and R. P.Ouellette (ed).
p. 6877.
Farida,
E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah
Organik Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eiseniafoetidasavigry.
Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ginting. 2007. Penuntun
Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan. Universitas Sumatera Utara Repository. Medan.
Harahap, Filino, (1978). Teknologi Biogas. Bandung :
Pusat Teknologi Pembangunan Institut Teknologi Bandung.
Indroprahasto,
S. 2010.
Kompos. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.
Bogor.
Nirwana. (1988). Analisis Penghasilan Biogas Dari
Tinja Ternak Unggas Yang Tidak Dicampur Jerami Dengan Tinja Ternak Unggas Yang
Dicampur Jerami. Medan : Laporan Penelitian IKIP Medan.
Teguh, WW. & Asori, A. (2009). Balai Besar
Pengembangan Makanisasi Pertanian, Serpong : Departemen Pertanian.
Yusuf,
Y. 2000. Pengaruh Pemberian Bokashi Batang Jagung Terhadap Kelengketan
Tanah (Soil Stickiness) pada Alat Pengolahan Tanah Bajak Singkal.
Skripsi Program Sarjana Institut Pertanian Bogor Repository. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar