Jumat, 25 November 2016

Teknologi Pemanfaatan Kotoran Kambing Sebagai Pupuk Kompos, Bokashi dan Biogas



MAKALAH PRODUKSI KAMBING DAN DOMBA
Teknologi Pemanfaatan Kotoran Kambing Sebagai
Pupuk Kompos, Bokashi dan Biogas”


logo baru


Oleh:

L A  R A B I A

L1A1 13 141








JURUSAN PETERNAKAN
 FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga makalah Produksi Kambing dan Domba ini yang berjudul Teknologi Pemanfaatan Kotoran Kambing sebagai Pupuk Kompos, Bokashi, dan Biogas  dapat terselesaikan dalam waktu yang telah di tentukan.
Makalah  ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan dan inspirasi yang bermanfaat bagi mahasiswa lain, khususnya mahasiswa di Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, saran atau kritikan sangat diharapkan demi perbaikan dalam pembuatan makalah berikutnya. Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi saya selaku penyusun makalah  ini.






                                                                                           Kendari 28 November 2016

                                                                                               
                                                                                           Penulis

DAFTAR ISI

                                                                                                                         Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... ........    i
KATA PENGANTAR. ................................................................................... ........   ii
DAFTAR ISI. ................................................................................................. ........  iii
I. PENDAHULUAN…................................................................................... ........   1
A. Latar Belakang….................................................................................... ........   1
B. Rumusan Masalah................................................................................... ........   2
C. Tujuan dan Manfaat................................................................................ ........   2
II. PEMBAHASAN......................................................................................... ........   3
A. Pembuatan Kompos................................................................................ ........   3
     1. Cara Penyusunan Kompos dari Kotoran Kambing............................. ........   4
2. Cara Aplikasi pada Tanaman.............................................................. ........   5
3. Pupuk Organik Cair dari Urine Kambing........................................... ........   6
4. Cara Penggunaan Bio Urine................................................................ ........   7
B. Pembuatan Bokashi Feses Kambing....................................................... ........   7
1. Keunggulan Bokashi........................................................................... ........   7
2. Bahan Pembuatan Bokashi................................................................. ........   8
3. Cara Pembuatan Bokashi.................................................................... ........   8
4. Pemanfaata Bokashi............................................................................ ........   9
C. Pembuatan Biogas dari Kotoran Kambing............................................. ........ 10
1. Prinsip Pembuatan Biogas................................................................... ........ 11
2. Cara Pembuatan Biogas...................................................................... ........ 14
3. Kelebihan Pembuatan Biogas............................................................. ........ 15
4. Kekurangan Pembuatan Biogas.......................................................... ........ 16
III. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ ........ 17
A. Kesimpulan............................................................................................. ........ 17
B. Saran....................................................................................................... ........ 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ........ 18



I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat. Lingkungan yang bersih dan sehat bebas dari pencemaran merupakan dambaan setiap masyarakat. Lingkungan yang bersih ini akan menciptakan suasana asri sehingga setiap warga merasakan hidup sehat baik dalam segi jasmani maupun rohani.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Namun sampai saat ini pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk belum dilakukan oleh petani secara optimal, terkecuali di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sedangkan didaerah-daerah yang banyak ternak dan bukan daerah sentra produksi sayuran, kotoran ternak banyak yang tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak yang dimanfaatkan sebagai sumber pupuk dan bokasi. Apalagi pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk gas bio dan biorang. Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyarakat, petani dan peternak kita.
Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan baik selain dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan juga memberikan nilai tambah terhadap usaha ternak.Pemanfaatan limbah kotoran ternak sebagai pupuk kompos dapat menyehatkan dan menyuburkan lahan pertanian.Selain itu kotoran ternak juga dapat digunakan sebagai sumber energi biogas. Sumber energi biogas menjadi sangat penting karena harga bahan bakar fosil yang terus meningkat dan ketersediaan bahan bakar yang tidak konstan dipasaran, menyebabkan semakin terbatasnya akses energi bagi masyarakat termasuk peternak. secara praktis manajemen limbah kotoran untuk dijadikan biogas dan kompos.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan suatu permasalahan bagaimana pemanfaatan kotoran kambing sebagai pupuk kompos, bokasi dan pembuatan biogas yang dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

C.  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam pembuatan makalah pemanfaatan kotoran ternak kambing adalah untuk mengetahui cara penyusunan kompos, pembuatan bokasi dan cara pembuatan biogas dari feses kambing.
Manfaat dalampembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara penyusunan kompos, pembuatan bokasi dan cara pembuatan biogas dari feses ternak kambing.












II.  PEMBAHASAN
A.  Pembuatan Kompos
Image result for carapembuatan kompos dari kotoran kambingKompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan berupa kotoran ternak/feses, sisa pertanian, sisa pakan dan sebagainya. Proses pelapukan dipercepat dengan merangsang perkembangan bakteri untuk menghancurkan menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan. Penguraian dibantu dengan suhu 600C. Proses penguraian mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukarlarut menjadi senyawa organik larut yang  berguna bagi tanaman (Ginting, 2007).
Salah satu ternak yang cukup berpotensi sebagai sumber pupuk organik adalah kambing dan domba. Petani umumnya memelihara ternak tersebut sebagai usaha sampingan. Feses kambing-domba mengandung bahan kering dan nitrogen berturut-turut 40-50% dan 1,2-2,1%. Kandungan tersebut bergantung pada bahan penyusun ransum, tingkat kelarutan nitrogen pakan, nilai biologis ransum, dan kemampuan ternak untuk mencerna ransum. Produksi urin kambing domba mencapai 0,6-2,5 l/hari dengan kandungan nitrogen 0,51-0,71%. Variasi kandungan nitrogen tersebut bergantung pada pakan yang dikonsumsi, tingkat kelarutan protein kasar pakan, serta kemampuan ternak untuk memanfaatkan nitrogen asal pakan. Kotoran kambing-domba yang tersusun dari feses, urin dan sisa pakan mengandung nitrogen lebih tinggi dari pada yang hanya berasal dari feses.

Prinsip Pembuatan Pupuk organik kotoran kambing adalah pengomposan atau composting merupakan proses merubah limbah organic menjadi pupuk organic secara biologis di bawah kondisi yang terkontrol. Tujuan pengomposan limbah ternak melalui kondisi yang terkontrol adalah untuk membuat keseimbangan porses pembusukan bahan organic dalam limbah, mengurangi bau ,membunuh biji-biji gulma dan organisme pathogen sehingga menjadi pupuk yang sesuai dengan lahan pertanian. Apabila kondisi tidak atau kurang terkontrol akan terjadi pembusukan sehingga timbul bau yang menyengat, timbul cacing dan insekta.

1.    Cara Penyusunan Kompos dari Kotoran Kambing
a.    Menyiapkan 1 ton bahan kotoran kambing.
b.    Menyiapkan 200 kg kapur pertanian (Dolomit)
c.    Menyiapkan 200 kg abu/sekam/bekas gergajian
d.   Menyiapkan 4 Botol EM4  (decomposer)
Sebelum kita membuat Campuran bahan tersebut diatas kotoran Kambing harus kita hancurkan terlebih dahulu dengan memakai alat(mesin) atau manual atau dicampur dengan Urea(1%). Setelah Inthil kambing ini hancur dan tidak utuh lagi kita ikuti tahapan berikut:
·      Siapkan tempat atau hamparan yang ternaungi dan jika hujan tempat tersebut tidak tergenang air.
·      Lakukan proses pencampuran bahan, agar mudah dan merata bisa dilakukan dengan cara membuat lapisan-lapisan.
·      Pembuatan lapisan dengan cara menghamparkan kotoran kambing dan  setebal kurang lebih 20-30 cm dan taburkan dolomit, abu dan decomposer secukupnya.
·      Kemudian siapkan EM4 dari dosis yang ditetapkan yang dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada lapisan tersebut hingga kadar air mencapai 40%. Atau bisa diukur dengan cara diremas dengan tangan air tidak meneteskan atau  bahan organik tidak pecah saat genggaman tangan dibuka.
·      Buat lapisan berikutnya hingga semua bahan habis, kemudian lapisan tersebut dicangkul dari salah satu sisi searah hingga menimbulkan timbunan baru.
·      Lakukan lagi kearah kebalikannya, kemudian ditimbun atau dibuat gunungan sebesar lebar terpal penutup.
·      Timbunan ditutup rapat dengan terpal dan bagian pinggir terpal diberi beban sehingga jika ada angin terpal tidak terbuka.
·      Diamkan selama 1 minggu, setelah satu minggu terpal dibuka dan timbunan diaduk untuk tujuan pemberian airasi pada proses pengomposan. Proses pengomposan yang berhasil akan timbul panas dan dapat dirasakan saat pembongkaran gundukan.
·      Perkirakan setelah 3 minggu Kompos sudah bisa dibongkar dan diangin anginkan supaya menghilangkan bau amoniak dan sudah dapat dipakai.
Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah: warna kompos biasanya coklat kehitaman. Aroma kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan. Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah (Farida, 2000).

2.    Cara Aplikasi pada Tanaman
Aplikasi pupuk organik untuk tanaman musiman dapat dilakukan bersamaan saat pengolahan lahan, Pemupukan pada tanaman tahunan, sebaiknya dibenam pada bagian ujung perakaran, dan setiap tanaman umumnya memiliki ujung perakaran berada tepat dibawah daun paling ujung dari tanaman tersebut. Semakin banyak pupuk organik diberikan semakin meningkat kesuburan tanah.
Kotoran kambing-domba mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman melalui proses penguraian (dekomposisi). Proses ini terjadi secara bertahap dengan melepaskan bahan organik yang sederhana untuk pertumbuhan tanaman. Feses domba kambing mengandung sedikit air sehingga mudah diurai. Penggunaan kotoran ternak dalam bentuk kompos sebagai pupuk organik akan memperbaiki struktur dan komposisi hara tanah. Tanah olahan yang diberi kompos menjadi lebih gembur, mengandung cukup hara, serta mampu mengikat dan menyimpan air. Produksi tanaman juga lebih tinggi dibanding yang tidak mendapat tambahan bahan organik, baik pada lahan basah mapun lahan kering. Pengelolaan bahan organik dan pupuk anorganik secara terpadu dapat meningkatkan efisiensi pupuk, produktivitas tanah, dan menjamin kemantapan produksi tinggi.

3.    Pupuk  Organik Cair dari Urine Kambing
Ø Bahan:
1.      Satu drum plastic urine dengan kapasitas 150 liter.
  1. Tetes Tebu/Molasses 1 ltr.
  2. Empon-empon (Temulawak, Temuireng, Kunyit,Laos,Kunci dll) 5kg
  3. EM4 atau merk dagang lain yang banyak di pasaran sebagai starter fermenter
Ø Cara membuat:
  • Bakteri EM4 dan Molases dilarutkan dalam air jernih sebanyak 10 liter kemudian dituangkan ke dalam drum urine
  • Empon-empon dihancurkan dan dimasukan ke dalam drum.
  • Setelah tercampur antara urine dan bahan-bahantersebut kemudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit, kemudian drum plastic ditutup rapat
  • Lakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit dan kemudian drum ditutup rapat kembali selama tujuh hari.
Setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang biasa dipakai pada aquarium untuk meniriskan urine dan dilewatkan melalui talang plastik dengan panjang 2m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam, tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkan kandungan gas ammonia, agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan diberi pupuk bio urine tersebut. Kemudian pupuk cair ini siap digunakan.

4.    Cara Penggunaan Bio Urine :
Untuk aplikasi Bio urine ini bisa disiramkan atau disemprotkan ke tanaman
a.    Perbandingan Bio Urine + Air  1:2 untuk tanaman Padi diulang setiap 15 hari sampai dengan umur 60 HST
b.    Untuk Rumput Gajah pada saat setelah dipotong/panen.

B.  Pembuatan Bokasi Feses Kambing
Related imageBokashi adalah kompos yang salah satu bahan penyususnnya menggunakan pobacter 27 pertanian (effectif microorganism). Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang  berarti bahan organik yang telah difermentasikan, pupuk ramah lingkungan dan termaksud bahan organik kaya sumber kehidupan. Ciri-ciri pupukbokashi yang baik warna coklat kehitam-hitaman, bahan hancur, lembab tidak keras dan tidak bau, bau seperti tanah atau humus (Indroprahasto, 2010). Proses pengomposan di tingkat rumah tangga seperti sampah dapur umumnya menjadi material yang dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan yang menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji kayu, ataupun kulit gandum dan batang jagung (Yusuf, 2000).

1.    Keunggulan Bokashi

a.   Dapat memperbaiki struktur tanah;

b.   Memiliki kandungan unsur mikro dan makro yang lengkap;

c.   Ramah lingkungan;

d.   Murah dan mudah didapat bahkan dibuat sendiri;

e.   Mampu menyerapdan menampung air lebih lama dibanding pupuk kimia;

f.    Membantu meningkatkan jumlah mikroorganisme pada media tanam, sehingga dapat meningkatkan unsur hara tanaman.

2.   Bahan Pembuatan Bokashi

a.   Jerami 200 kg.

b.   Pupuk kandang/kotoran hewan 100 kg.

c.   Sekam atau serbuk gergaji 10 kg.

d.   Dedak/katul 10 kg.

e.   Probacter27 200 – 250 ml.

f.    Gula pasir 20 sendok makan;atau bisa  diganti  dengan  tetes tebu.

g.   Air secukupnya (±20 liter)

h.  Jumlah bahan yang diperlukan dapat disesuaikan dengan banyaknya bokashi yang akan dibuat.


3.    Cara Pembuatan Bokashi

a.   Cacah jerami untuk memudahkan proses penguraian/fermentasi. Jika menggunakan pupuk kandang bersihkan dari sampah organik seperti ranting,
tongkol jagung dan bahan-bahan yang dapat mengganggu proses
penguraian/fermentasi.

b.   Campurkan bahan tambahan berupa sekam atau serbuk gergaji dan katul, aduk hingga rata.

c.   Buat larutan dari Probacter 27 pertanian, gula pasir/tetes  tebu  dan air, aduk hingga rata.

d.   Campurkan larutan secara merata di bahan yang telah disiapkan. Usahakan agar larutan dan bahan tercampur dengan baik. Pastikan pada
saat mencampur tidak ada cairan yang mengalir terbuang. Ini bisa dilakukan
dengan cara menuang larutan sedikit demi sedikit atau menggunakan gembor.

e.   Rapikan dalam bentuk gundukan, tingginya 20 cm sampai dengan 1 meter.

f.    Tutup gundukan menggunakan plastik, karung atau kain terpal. Adonan tidak boleh terkena sinar matahari atau hujan langsung.

g.   Aduk (bolak-balik) satu kali setiap hari, dengan membalik bahan
sedemikian rupa sehingga lapisan bagian bawah menjadi berada dibagian atas, dan
sebaliknya. Hal ini dilakukan agar suhu pada bahan tidak terlalu panas, pada
saat proses fermentasi suhu dapat meningkat mencapai 50o C
.

h.  Rapikan dan tutup kembali. Proses fermentasi memerlukan waktu sekitar 8 sampai 15 hari. Bokashi yang sudah jadi memiliki ciri gembur, dingin dan sudah tidak mengeluarkan bau.


4.    Pemanfaatan Bokashi

Bokashi biasanya digunakan dengan cara ditaburkan di lahan yang telah selesai dicangkul. Dosis yang digunakan sekitar 5 sampai 6 gengggaman tangan untuk setiap meter perseginya. Untuk tanah sawah dan lahan kering 3 – 5 per hektar. Pada tanaman dalam pot bisa diberikan sekitar 2 – 4 genggaman tangan. Penggunaan bokashi secara berlebih juga tidak menimbulkan kekhawatiran karena tidak memiliki dampak negatif terhadap tanaman.

Bokashi kompos bersifat asam ketika pertama kali,tapi menjadi netral setelah 7-10 hari. Pastikan akar tanaman tidak bersentuhan langsung dengan kompos karena dapat membakar akar, terutama jika tanaman yang sangat muda. Tanaman baru terutama yang berakar lunak dapat stress ketika menerima Bokashi pertamakali sehingga waktu terbaik pwadah/ember/tongian tanaman tersebut adalah dua minggu. Semisal sayuran, tomat dll.







C.  Pembuatan Biogas dari Kotoran Kambing
Kandang kambing terintegarsi dengan instalasi pengolahan biogasMenurut Teguh dan Asori (2009) menyatakan. bahwa biogas adalah
campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada
material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik.
Selanjutnya Harahap (1978), menyatakan biogas adalah bahan-bahan yang
berguna, dapat diperoleh dengan menproses limbah (sisa-sisa) dari pertanian
yang basah (busuk) serta kotoran-kotoran hewan, manusia atau campurannya.
Biogas ini merupakan bahan-bahan yang berguna karena nilai kalomya cukup
tinggi, yaitu berkisar 4800-6700 Kcal/m3, sementara gas methana murni
(100%) mempunyai nilai kalor 8900 Kcal/m3.
Biogas didapatkan dari kotoran kambing, hewan maupun balian organik
lainnya berupa sampah membusuk dan sebagainya. Hal ini terjadi karena
melalui suatu proses yang disebut fermentasi. Dari bahan-bahan tersebut gas
ditimbulkan oleh bakteri-bakteri tertentu melalui proses fermentasi.
Fermentasi adalah suatu proses metabolik, dimana proses tersebut
terjadi perubahan-perubahan kimia substrat organik oleh mikrobia (Prescot,
1954 dalam Nirwana (1988).
Senyawa-senyawa organik yang disusun dari unsur-unsur C, H, 0, N, S
sebagian kecil digunakan untuk pembentukan sel-sel baru (biomassa), dalam
bentuk energi yang terbesar tidak dicema lagi yaitu merupakan sisa (sludge).
Peristiwa fermentasi dari bahan-bahan organik terjadi dalam keadaan
anaerobik. Pada proses anaerobik. ini yang akan dihasilkan adalah biogas yang
mengandung methana (CH4) dalam jumlah yang banyak.



1.    Prinsip Pembuatan Biogas
Tong plastik diisi air sebagai indikator gasPrinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55°C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu:
a.    Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae.
b.    Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio.
c.    Kelompok bakteri metana: Mathanobacterium, Mathanobacillus,Methanosacaria, dan Methanococcus.
Potensi Gas yang Dihasilkan Produksi kotoran kambing per ekor adalah 0,63 kg ( Web pustaka deptan), jika setiap KK memiliki 1 kandang yang berisi 2 ekor kambing maka kotoran yang dihasilkan adalah 126 kg/hari dan 3.780 kg/bulan berarti gas yang dihasilkan per bulanya adalah 60,48 m3 jika untuk 1 kg kotoran dihasilkan 0.016 m3 gas (Soetanto,2007). Dalam penggunaan sehari-hari untuk memasak air 1liter dibutuhkan 0,04 m3 biogas dalam waktu 10 menit. Untuk menanak ½ kg beras dibutuhkan rata-rata 0,15 m3,dalam waktu 30 menit. Penggunaan sehari-hari dalam rumah tangga dibutuhkan rata-rata 3-4 m3 biogas perhari. Berarti setiap KK mendapat 0,6 m3 biogas perbulan. Itu jika setiap kandang ada 2 ekor kambing kenyataanya ada lebih dari dua ekor kambing perkandang.
Pembuatan Instalasi Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon. Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair. 
Menurut Yadava and Glases 1981 (dalam Teguh dan Asori, 2009)
bahwa pada umumnya biogas terdiri dari:
1.    Gas metana (CH4) = 50--70%
2.    Gas karbon dioksida (CO2) = 30-40%
3.    Hidrogen (H2) = 5-10%
4.    Gas-gas lainnya = dalam jumlah sedikit

Selanjutnya dinyatakan balwa karakteristik Gas metana (CH4) adalah :
a.    Biogas kira-kira memiliki berat 20 % lebih ringan dibandingkan dengan
udara dan memiliki suhu pembakaran antara 6500 sampai 750° C.
b.    Biogas tidak berbau dan berwama, yang apabila dibakar akan
menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG.
c.    Nilai kalor gas metana adatah 20 MJ/m3 dengan efisiensi pembakaran 60
% pada konvensional kompor gas.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjTvns6OC3x6jMYHLOBH2VkMMTrmzUFoz32e-wD5nzBksv73Um76XAIc-nUJxKvkpzsBUuNZFDC-1EbE-XvYnn6cBi2d8FpEEK80drg_A3USoIj7QH3DjoC3XdVOYqylmVh1KrjhZMRss/s1600/Reaktor+Biogas+Skala+rumah+tangga.jpg
Ø Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga Alat : 
1.    Volume reaktor (plastik) : 4.000 liter .
2.    Volume penampung gas (plastik) : 2.500 liter. 
3.    Kompor Biogas.
4.    Drum pengaduk bahan.
5.    Pengaman gas.
6.    Selang saluran gas.
Ø Persiapan Pemasagan Reaktor : 
1.    Pembuatan lubang reaktor, panjang = 4 m, lebar = 1,1 m, dalam = 1,2 m.
2.    Pembuatan meja tabung plastik penampung gas : (diameter 1,2 m) panjang = 3 m, lebar =1,2 m.
3.    Kotoran sapi (fases) awal sebanyak 100 karung kantong semen atau karung seukurannya (100 kantong semen = 2000 lt). Persiapan awal ini untuk mempercepat produksi gas yang siap untuk digunakan (dinyalakan). 
4.    Drum untuk tempat pencampuran kotoran (fases) dengan air (1:1) ; 1 buah (200 liter).
5.    Karung untuk tempat sisa kotoran dari proses produksi biogas.
6.    Kayu atau bambu untuk pagar, supaya reaktor aman dari gangguan ternak atau lainnya.
7.    Terpal dan bahan lainnya untuk atap reaktor supaya terhindar dari hujan atau material yang jatuh dari atas. 

2.    Cara Pembuatan Biogas
a.    Campurkan kotoran organik tersebut dengan air. Biasanya campuran antara kotoran dan air menggunakan perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan perbandingan 1:1,5. Air berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas. Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit (kekurangan). 
b.    Temperatur selama proses berlangsung antara 27 - 28 derajat celcius. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah (dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama. 
c.    Campurkan jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur selokan ataupun sampah dan jerami, serta bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik bakteri ataupun jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi masalah adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4 yang diharapkan serta mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar. 
d.   Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana) kotoran organik harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak boleh ada oksigen dan udara yang masuk sehingga sampah-sampah organik yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa dikonversi mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat. 
e.    Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu didiamkan, maka gas metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk keperluan memasak.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan biogas. Misalnya, sifat biogas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Lampu atau kompor mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui. Berbeda dengan sifat gas lainnya, sepeti elpiji, akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran pada alat yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan masalah tersendiri. Artinya dari segi keselamatan pengguna. Sehingga tempat pembuatan atau penampungan biogas harus selalu berada jauh dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau tekanannya besar.

3.    Kelebihan Pembuatan Biogas
Kelebihan yang dapat diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:
a.    Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
b.    Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
c.    Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat diolah.
d.   Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan.
e.    Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak.
f.     Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.
g.    Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah tangga atau komunitas.
h.    Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan.
i.      Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai).
j.      Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar.
k.    Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang menguntungkan dalam jangka panjang.
4.    Kekurangan Pembuatan Biogas
a.    Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.
b.    Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi.
c.    Belum dikenal masyarakat.
d.   Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.
Biogas merupakan salah satu teknologi alternatif pengelolaan limbah ternak yang dapat menghasilkan sumber energi baru yang ramah lingkungan.Energi biogas itu dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga guna memenuhi kebutuhan penerangan dan memasak serta kegiatan ekonomi produktif lainnya.


















III.   KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpula
Teknologi pemanfaatan kotoran kambing sangat berguna bagi kehidupan masyarakat baik dalam mutunya dan kualitasnya yang sangat menjanjikan untuk kebutuhan pertanian sebagai sumber peningkatan unsure hara tanah, sebagai sumber energi di skala  rumah tangga dan sebagai sumber pendapatan petani peternak.

B.  Saran
Pemanfaatan kotoran kambing umumnya dikalangan masyarakat masih sangat minim, karena factor ekonomi yang kurang mampu untuk mengadakan sarana dan prasarana pembuatan biogas. Selain kendala ekonomi factor yang menghambat teknologi pemanfaatan kotoran ternak ini adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarak dalam mengembangkan usaha pemanfaatan kotoran kambing.
Upaya yang dapat mendorong masyrakat meningkatkan keuletan dalam memanfaatkan kotoran ternak sebagai sumber pendapatan dan kebutuhan dalam skala rumah tangga adalah adanya upaya pemerintah memberikan bantuan dan mengadakan penyuluhan dan pelatihan pembuatan pupuk, pembuatan bokasi dan pembuatan biogas agar masyarakat mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pemanfaatan teknologi hasil kotoran kambing.








DAFTAR PUSTAKA
Crawford. J.H, 2003. Composting of Agricultural Waste  in Biotechnology Applications and Research, Paul N, Cheremisinoff and R. P.Ouellette (ed). p. 6877.

Farida, E.  2000.  Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eiseniafoetidasavigry.  Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak.  Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ginting. 2007. Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan. Universitas Sumatera Utara Repository. Medan.

Harahap, Filino, (1978). Teknologi Biogas. Bandung : Pusat Teknologi Pembangunan Institut Teknologi Bandung.

Indroprahasto, S. 2010. Kompos. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor.

Nirwana. (1988). Analisis Penghasilan Biogas Dari Tinja Ternak Unggas Yang Tidak Dicampur Jerami Dengan Tinja Ternak Unggas Yang Dicampur Jerami. Medan : Laporan Penelitian IKIP Medan.

Teguh, WW. & Asori, A. (2009). Balai Besar Pengembangan Makanisasi Pertanian, Serpong : Departemen Pertanian.

Yusuf, Y. 2000. Pengaruh Pemberian Bokashi Batang Jagung Terhadap Kelengketan Tanah (Soil Stickiness) pada Alat Pengolahan Tanah Bajak Singkal. Skripsi Program Sarjana Institut Pertanian Bogor Repository. Bogor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar